MODEL-MODEL DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
Manajemen kebidanan tujuh langkah varney
Menurut helen varney, alur berpikir bidan saat menghadapi
klien meliputi tujuh langkah, yaitu sebagai berikut.
1.
Pengkajian
data
2.
Identifikasi
diagnosis dan masalah
3.
Identifikasi
diagnosis dan masalah potensial
4. Identifikasi kebutuhan segera
5.
Menyusun
rencana asuhan (intervensi)
6.
Melaksanakan
rencana asuhan (implementasi)
7.
Evaluasi
Model dokumentasi SOAP
Untuk mengetahui apakah yang telah dilakukan oleh seorang
bidan telah melalui proses berpikir sistematis, sebaiknya didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
1.
S(subjektif)
2.
O(objektif)
3.
A(assessment)
4.
P(plan)
Langkah manajemen kebidanan :
Langkah 1: Pengkajian
Pada langka pertama ini, dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap. Pada langkah pengkajian ini, bidan mengumpulkan semua informasi akurat
dan lengkap dari beberapa sumber yang berkaitan dengan kondisi klien dengan
cara wawancara dengan klien, suami, keluarga, dan dari catatan/dokumentasi
pasien untuk memperoleh data subjektif. Sementara itu, data objektif dilakukan
dengan melakukan observasi dan pemeriksaan.
Anamnesis/data subjektif
Prinsip-prinsip melakukan anamnesis adalah sebagai
berikut.
1.
Memperkenalkan
diri untuk menggali informasi
2.
Menggunakan
teknik wawancara meliputi, mengajukan pertanyaan yang bersifat terbuka,
klarifikasi kebiasaan/pola hidup sehari-hari, dan menggunakan bahasa yang dapat
dipahami klien.
3.
Menghargai/menghormati
hak pribadi klien
4.
Dengarkan
dengan minat yang tinggi, perhatian, serta bereaksi dengan hal-hal yang
diceritakan klien. Sebagai contoh: bila klien menceritakan mengenai kesulitan
masa lalunnya berikan respon yang menunjukan bahwa anda simpati.
5.
Lebih
responsif untuk permintaan penjelasan atau informasi
6.
Berikan
infomasi secara tepat dan terperinci.
7.
Tidak
perlu mencatat materi yang tidak relevan.
8.
Beri
waktu klien untuk menjawab pertanyaan, jangan memotong jawaban klien kecuali
klien mulai memberi jawaban ke arah yang lain atau anda perlu klarifikasi.
9.
Demgarkan
klien dengan baik. Janagan ulangi pertnyaan akhir, juga tidak perlu memintanya
mengulang jawaban sebab hal tersebut menandakan anda kurang perhatian.
10. Beri bantuan terhadap jawaban yang masih tidak jelas atau
informasi meskipun tidak berhubungan langsung dengan pertanyaan.
11. Pastikan bidan mengerti apa yang dikatakan klien.
Meskipun aksen dan eskpresinya berbeda antara suatu daerah dengan yang lainnya.
Jangan ragu untuk meminta klien mengeja atau menjelaskan maksud yang
dikatakannya.
12. Hindari memberi kesan negatif yang dapat terlihat di
wajah, bahasa tubuh, atau tekanan suara.
13. Usahakan membuat suasana pribadi dan tidak didengar oleh
orang lain.
14. Berbicara dengan menanyakan, menjelaskan, dan dengan
tekanan suara yang lembut.
15. Pastikan selalu menatap mata, jangan selalu membaca dari
formulir riwayat, mencatat respona atau yang lain-lain
16. Hindari mengajukan pertanyaan kecuali anda dapat
menerangkan kepada klien alasan anda menanyakan hal tersebut. Ada klien yang
beranggapan bahwa kondisi sosial, seksual, ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dan
rumah merupakan informasi penting. Anda harus mendapatkan informasi penting
tanpa mengajukan pertanyaan yang seolah mengorek kehidupan pribadinya.
Data-data yang dikumpulkan antara lain sebagai berikut.
1.
Identitas
klien
2.
Alasan
datang
3.
Riwayat
perkawinan
4.
Riwayat
penyakit sekarang (berhubungan dengan masalah atau alasan datang).
5.
Riwayat
kesehatan lalu
6.
Riwayat
keluarga
7.
Riwayat
haid.
Anamnesis haid memberikan kesan pada kita tentang faal
alat reproduksi/kandungan, meliputi:
a.
Umur
menarche
b.
Frekuensi,
jarak/siklus jika normal
c.
Lamanya
d.
Jumlah
darah keluar
e.
Karakteristik
darah (misal bergumpal)
f.
HPHT,
lamanya dan jumlahnya normal
g.
Dismenorea
h.
Perdarahan
uterus disfungsional, misal : spotting, menoragia, dan lain-lain
i.
Penggunaan
produk sanitary (misal: celana dalam, pembalut)
j.
Sindrom
syok keracunan
k.
Sindrom
prementruasi
8.
Riwayat
obstetri dan ginekologi
9.
Riwayat
seksual
10. Riwayat KB/kontrasepsi
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dimaksudkan untuk memperoleh data
objektif. Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut.
1.
Pemeriksan
umum
2.
Pengukuran
tanda-tanda vital
3.
Pemeriksaan
fisik khusus
4.
Pemeriksaan
penunjang
a.
Pemeriksaaan
laboratorium
b.
Pemeriksaan
rontgen
c.
Pemeriksaan
USG
Langkah 2: Identifikasi Diagnosis dan Masalah
Pada langkah ini dilakukan iddentifikasi yang benar
terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah
yang spesifik. Masalah dan diagnosis keduanya digunakan karena beberapa masalah
tidak dapat diselesaikan, seperti diagnosis, tetapi sungguh membutuhkan
penanganan yang dituangkan dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah
sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentikasi oleh bidan sesuai
dengan pengarahan. Masalah juga sering menyertai diagnosis.
Diagnosis kebidanan
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan
bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosis kebidanan. Standar nomenklatur diagnosis kebidanan adalah sebagai
berikut.
1.
Diakui
dan telah disahkan oleh profesi
2.
Berhubungan
langsung dengan praktik kebidanan
3.
Memiliki
ciri khas kebidanan
4.
Didukung
oleh keputusan klinis (clinical judgement) dalam praktik kebidanan.
5.
Dapat
diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pegalaman
klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis.
Cotooh rumusan masalah:
1.
Masalah
: wanita tidak menginginkan kehamilannya
Dasar : wanita mengatakan belum ingin hamil
2.
Masalah
: wanita hamil trimester III merasa takut
Dasar : wanita mengatakan takut menghadapi persalinan
Contoh kebutuhan:
Ibu menyenangi binatang
Dasar : ibu mengatakan sekeluargnya menyayangi binatang
Kebutuhannya : ->
penyuluhan bahaya binatang terhadap kehamilan
:
-> pemeriksan TORCH
Langkah 3: Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial
Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah potensial
berdasarkan diagnosis atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah
yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Tujuan dari langkah ketiga ini adalah untuk
mengantisipasi semua kemungkinan yang dapat muncul. Pada langkah ini, bidan
mengidentifikasi diagnosis dan masalah potensial berdasarkan diagnosis dan
masalah yang sudah teridentifikasi atau diagnosis dan masalah aktual.
Contoh:
Data :
Seorang wanita hamil dengan pembesaran uterus yang berlebihan.
Potensial :
~ Polihidramnion
~ Besar dari masa kehamilan
~ Ibu dengan diabetes melitus
~ Kehamilan kembar
Bidan
harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pembesaran uterus yang berlebihan
tersebut. Kemudian bidan harus melakukan perencanaan untuk mengantisipasinya
dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum
yang disebabkan atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.
Pada
persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya juga mengantisipasi dan
bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan
untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita
menderita infeksi saluran kemih yang menyebabkan tingginya kemungkinan
terjadinya peningkatan partus prematur atau bayi kecil. Persiapan yang
sederhana adalah dengan anamnesis dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap
kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap simtomatik bakteri, dan
segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kemih terjadi.
Pada
langkah ketiga ini, bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial
tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga
merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis potensial tidak
terjadi. Dengan demikian, langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat
antisipasi yang rasional/logis. Kaji ulang diagnosis atau masalah potenial yang
diidentifikasi sudah tepat.
Langkah 4: Identifikasi Kebutuhan Segera
Kebutuhan
adalah hal-hal yang dibutuhkan
oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang
didapatkan dengan melakukan analisis data. Pada langkah ini, bidan menetapkan
kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain berdasarkan koondisi klien. Setelah itu mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain yang sesuai dengan kondisi
klien.
Langkah
keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan yang terjadi
dalam kondisi darurat. Kondisi darurat dapat terjadi pada saat pengelolaan ibu
hamil, ibu bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Kondisi darurat merupakan
kondisi yang membutuhkan tindakan dengan segera untuk menangani diagnosis
maupun masalah darurat yang terjadi dan apabila tidak segera dilakukan tindakan
segera akan dapat menyebabkan kematian ibu maupun anak.
Pada
langkah ini mungkin saja diperlukan data baru yang lebih spesifik agar dapat
mengetahui penyebab langsung diagnosis dan masalah yang ada. Oleh karena itu,
diperlukan tindakan segera untuk mengetahui penyebabnya. Jadi, tindakan segera
selain diatas bisa juga berupa observasi/pemeriksaan.
Pada
penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai
dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan
merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosis/masalah
potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan
darurat/segera yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam
rumusan ini, termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri atau
bersifat rujukan. Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
Langkah 5: Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh
(Intervensi)
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut, seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada
msalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural atau masalah
psikologis. Dengan kata lain asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup
setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana
asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien
agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan
rencana tersebut. Oleh karena itu pada langkah ini tugas bidan adalah
merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama
klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua
keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang terbaru, serta sesuai
dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien. Kaji ulang apakah rencana
asuhan sudah meliputi semua aspek asuhan kesehatan terhadap wanita.
Rasional
berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan
pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang
lengkap dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap
dan tidak berbahaya.
Langkah 6: Pelaksanaan Rencana Asuhan (Implementasi)
Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung
secara efisien dan aman. Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien
dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
lagi oleh klien atau anggota tim lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri,
ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misal:
memastikan langkah tersebut benar-benar terlaksana).
Meskipun
bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi, bidan tetap bertanggungjawab dalam manajemen asuhan klien untuk
terlaksananya rencana asuhan bersama. Manajemen yang efisien, menyingkat waktu
dan biaya, serta meningkatan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana
asuhan telah dilaksanakannya.
Langkah 7: Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan
asuhan yang telah diberikan. Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan
telah terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam
pelaksanaannya.
Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif, sedangkan sebagian lain
belum efektif. Mengingat proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan
yang berkesinambungan, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan
yang tidak efektif melalui manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses
manajemen tidak efektif, serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan
tersebut.
Langkah-langkah
proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses
pemikiran yang mempengaruhi tindakan, serta berorientasi pada proses klinis.
Oleh karena proses manajemen tersebut didalam situasi klinis dan dua langkah
terakhir bergantung pada klien dan situasi klinis, maka tidak mungkin proses
manajemen in dievaluasi hanya dalam tulisan saja:
PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN SOAP
Untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang
bidan melalui proses berpikir sistematis, didokumentsikan dalam bentuk SOAP.
S (Subjektif)
|
:
|
Menggambarkan
pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui amnesis (langkah I
Varney)
|
O (Objektif)
|
:
|
Menggambarkan
pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil labratorium dan uji
diagnosis lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan
(langkah I Varney)
|
A (Pengkajian/Assessment)
|
:
|
Menggambarkan
pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif
dalam suatu identifikasi:
1.
Diagnosis/masalah
2.
Antisipasi diagnosis/masalah potensial
3.
Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter/konsultasi/kolaborasi dan
atau rujukan (langkah II, III dan IV Varney)
|
P (Plan)
|
:
|
Menggambarkan
pendokumentasian tindakan dan evaluasi perencanaan berdasarkan assessment
(langkah V, VI dan VII Varney)
|
Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan
(dirumuskan) dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk
mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekaman medis pasien sebagai catatan
kemajuan.
Mengapa
pendokumentasian ini begitu penting:
1.
Menciptakan
catatan permanen tentang asuhan yang diberikan kepada pasien.
2.
Memungkinkan
berbagai informasi diantara para pemberi asuhan.
3.
Memfasilitasi
pemberian asuhan yang berkesinambungan.
4.
Memungkinkan
pengevaluasian dari asuhan yang diberikan.
5.
Memberikan
data untuk catatan nasional, riset dan statistik mortalitas/morbiditas.
6.
Meningkatkan
pemberian asuhan yang lebih aman dan bermutu tinggi kepada klien.
Mengapa catatan SOAP dipakai untuk pendokumentasian?
1.
Pembuatan
grafik metode SOAP merupakan kemajuan informasi yang sistematis yang
mengorganisasi penemuan dan kesimpulan anda menjadi suatu rencana asuhan.
2.
Metode
ini merupakan penyaringan inti sari dari proses penatalaksanaan kebidanan untuk
tujuan penyediaan dan pendokumentasian asuhan.
3.
SOAP
merupakan urutan-urutan yang dapat membantu anda dalam mengorganisasi pikiran
anda dan memberikan asuhan yang menyeluruh.
SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis
dan tertulis. Seorang bidan hendaknya menggunakan SOAP setiap kali ia bertemu
dengan pasiennya. Selama masa antepartum, seorang bidan dapat menuliskan satu
catatan SOAP untuk setiap kali kunjungan; sementara dalam masa intrapartum,
seorang bidan boleh menuliskan lebih dari satu catatan untuk satu pasien dalam
satu hari. Selain itu juga, seorang bidan harus melihat catatan-catatan SOAP
terdahulu bilamana ia merawat seorang klien untuk mengevaluasi kondisinya yang
sekarang.
Catatan:
Untuk lebih
jelasnya tentang metode pendokumentasian asuhan kebidanan dibahas dalam mata
kuliah dokumentasi kebidanan.
0 komentar:
Posting Komentar